Saturday, November 26, 2011

SELAMAT TAHUN BARU 1 MUHARRAM 1433 H

BILA MATA BERTEMU MATA, AKAN DATANG RASA KASIH...
BILA HATI BERTEMU HATI, AKAN DATANG RASA SAYANG...
TAPI BILA DAHI BERTEMU SAJADAH, AKAN TERASA KEBESARAN ALLAH SUBHANAHU WA TA'ALA...


SELAMAT TAHUN BARU 1 MUHARRAM 1433 H - SELAMAT MENUNAIKAN IBADAH PUASA 'ASSYURA
















Eka I. Rochmansyah Sekeluarga

Friday, November 25, 2011

FADHILAH PUASA DI BULAN MUHARRAM (PUASA ‘ASSYURA)

Insya Allah besok kita akan berada di bulan Muharram (Insya Allah tanggal 1 Muharram di tahun ini akan jatuh pada tanggal 26 November 2011). Bulan Muharam, bulan pertama dalam kalender Hijjriah, salah satu bulan dari empat bulan yang memiliki kehormatan di sisi Allah SWT sebagaimana yang dikhabarkan oleh Rasulullah SAW dalam sabda beliau: “Sesungguhnya zaman telah berputar kembali seperti bentuknya ketika Allah menciptakan langit-langit dan bumi, satu tahun itu 12 bulan dan di antaranya ada 4 bulan haram (yang memiliki kehormatan), 3 bulan (di antaranya) berturut-turut : Dzulqa’dah, Dzulhijjah, Muharram dan bulan Rajabnya Mudhor yang berada antara Jumadil (akhir) dan Sya’ban”. (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

Dalam Islam ada empat Bulan yang dimuliakan oleh Allah SWT. Yaitu, Bulan Dzulqa’dah, Dzulhijjah, Muharram dan Bulan Rajab. Di bulan-bulan ini umat manusia dihimbau untuk tidak melaksanakan pertumpahan darah. Dan bagi umat Islam, bulan-bulan ini dianjurkan untuk meningkatkan Taqarrub Ilallah. Allah SWT berfirman : Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram(yang memiliki kehormatan). Itulah (ketetapan) agama yang lurus, Maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu, dan perangilah kaum musyrikin itu semuanya sebagaimana merekapun memerangi kamu semuanya, dan ketahuilah bahwasanya Allah beserta orang-orang yang bertakwa.” [At Taubah : 36]

Dari Abu Hurairah RA dia berkata, Rasulullah SAW bersabda :

أَفْضَلُ الصِّيَامِ بَعْدَ رَمَضَانَ، شَهْرُ اللهِ المُحَرَّمُ. وَأَفْضَلُ الصَّلاَةِ بَعْدَ الفَرِيْضَةَ، صَلاَةُ اللَّيْلِ

“Puasa yang paling utama setelah Ramadhan adalah (puasa) di bulan Allah Muharram. Dan shalat yang paling utama setelah shalat wajib adalah shalat malam.” [HR Muslim]

Rasulullah SAW menganjurkan kepada umat Islam untuk melaksanakan shaum ‘Assyura (Puasa hari kesepuluh) dari bulan Muharram ditambah dengan puasa sehari sebelumnya atau sesudahnya. Puasa sehari sebelumnya dinamakan Tasu’a, berasal dari kata tis’ah yang artinya sembilan. Karena puasa itu dilakukan pada tanggal 9 bulan Muharram.
Hal ini berdasarkan hadits-hadits yang diriwayatkan para sahabat. Antara lain :
Dari Humaid bin Abdir Rahman, ia mendengar Muawiyah bin Abi Sufyan RA berkata: Wahai penduduk Madinah, di mana ulama kalian ? Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda : “Ini hari 'Assyura, dan Allah SWT tidak mewajibkan shaum kepada kalian di hari itu, sedangkan saya shaum, maka siapa yang mau shaum hendaklah ia shaum dan siapa yang mau berbuka hendaklah ia berbuka.” [HR Bukhari 2003]

Hadits lainnya adalah hadits berikut ini :
Dari Ibnu Abbas RA, ia berkata : ketika Rasulullah SAW tiba di kota Madinah dan melihat orang-orang Yahudi sedang melaksanakan shaum 'assyura, beliau pun bertanya? Mereka menjawab, “Ini hari baik, hari di mana Allah menyelamatkan bani Israil dari musuh mereka lalu Musa shaum pada hari itu. ” Maka Rasulullah SAW menjawab, “Aku lebih berhak terhadap Musa dari kalian”, maka beliau shaum pada hari itu dan memerintahkan untuk melaksanakan shaum tersebut.” [HR Bukhari 2004]

Juga ada hadits lainnya yang terkait :
Dari Ibnu Abbas RA, ia berkata: Pada saat Rasulullah SAW melaksanakan shaum Assyura dan memerintah para sahabat untuk melaksanakannnya, mereka berkata: “Wahai Rasulullah hari tersebut (‘Assyura) adalah hari yang diagung-agungkan oleh kaum Yahudi dan Nashrani”. Maka Rasulullah SAW bersabda, “Insya Allah jika sampai tahun yang akan datang aku akan shaum pada hari kesembilannya”. Ibnu Abbas berkata, “Rasulullah SAW meninggal sebelum sampai tahun berikutnya.” [HR Muslim 1134]
Rasulullah SAW bersabda : “Shaumlah kalian pada hari assyura dan berbedalah dengan orang Yahudi. Shaumlah kalian sehari sebelumnya atau sehari sesudahnya.” [HR Ath-Thahawy dan Baihaqy serta Ibnu Huzaimah 2095]

Fadhilah Puasa ‘Assyura (tanggal 10 Muharram) menurut Abu Qotadah bahwa Rasulullah bersabda : “Shaum Arafah menghapus dosa dua tahun, sedangkan shaum ‘Assyura menghapus dosa satu tahun sebelumnya.” [HR Muslim 1162]
Imam Nawawi ketika menjelaskan hadits di atas beliau berkata : “Yang dimaksud dengan kaffarat (penebus) dosa adalah dosa-dosa kecil, akan tetapi jika orang tersebut tidak memiliki dosa-dosa kecil diharapkan dengan shaum tersebut dosa-dosa besarnya diringankan, dan jika ia pun tidak memiliki dosa-dosa besar, Allah akan mengangkat derajat orang tersebut di sisi-Nya.”

SELAMAT TAHUN BARU 1 MUHARRAM 1433 H - Selamat Berpuasa Muharram.
















Eka I. Rochmansyah

Wednesday, November 23, 2011

RENUNGAN MILAD (ULANG TAHUN)

Hari Ini adalah hari dimana saya dilahirkan 37 tahun yang lalu...... Semoga semakin bermanfaat bagi orang lain...

Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat Allah dan kepada kebenaran yang telah turun (kepada mereka), dan janganlah mereka seperti orang-orang yang sebelumnya telah diturunkan Al-Kitab kepadanya, kemudian berlalulah masa yang panjang atas mereka lalu hati mereka menjadi keras. Dan kebanyakan di antara mereka adalah orang-orang yang fasik.” (Al Hadid : 16)
Maha Suci Allah yang menggantikan malam dengan siang dan sore pun menyongsong malam. Hari berlalu menyusun pekan. Hitungan bulan-bulan pun membentuk tahun. Tanpa terasa, pintu ajal kian menjelang. Sementara, peluang hidup tak ada siaran ulang.

SIAP ATAU TIDAK, WAKTU PASTI AKAN MENINGGALKAN
Sejauh apa pun satu tahun ke depan jauh lebih dekat daripada satu detik yang lalu. Karena waktu yang berlalu, walaupun satu detik, tidak akan bisa dimanfaatkan lagi. Ia sudah jauh meninggalkan kita.
Begitu pun dengan berbagai kesempatan yang kita miliki. Pagi ini adalah pagi ini. Kalau datang siang, ia tidak akan pernah kembali. Kalau kesempatan di pagi ini lewat, hilang sudah momentum yang bisa diambil. Karena, belum tentu kita bisa berjumpa dengan pagi esok.
Itulah yang pernah menggugah Umar bin Abdul Aziz. Suatu malam, karena sangat lelah, Umar menolak kunjungan seorang warga. “Esok pagi saja!” ucapnya spontan. Khalifah Umar berharap esok pagi ia bisa lebih segar sehingga urusan bisa diselesaikan dengan baik.
Tapi, sebuah ucapan tak terduga tiba-tiba menyentak kesadaran Khalifah kelima ini. Warga itu mengatakan, “Wahai Umar, apakah kamu yakin akan tetap hidup esok pagi?” Deg. Umar pun langsung beristighfar. Saat itu juga, ia menerima kunjungan warga itu.
Kalau kita menganggap remeh sebuah ruang waktu, sebenarnya kita sedang membuang sebuah kesempatan. Kalau pergi, kesempatan tidak akan kembali. Ia akan pergi bersama berlalunya waktu. Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian.” (Al Ashr : 1-2)

SIAP ATAU TIDAK, JATAH WAKTU KITA TERUS BERKURANG
Ketika seseorang sedang merayakan hari ulang tahun, sebenarnya ia sedang merayakan berkurangnya jatah usia. Umurnya sudah berkurang satu tahun. Atau, hari kematiannya lebih dekat satu tahun. Dalam skala yang lebih luas, pergantian tahun adalah berarti berkurangnya umur dunia. Atau, hari kiamat lebih dekat satu tahun dibanding tahun lalu.
Ketika jatah-jatah waktu itu terus berkurang, peluang kita semakin sedikit. Biasanya, penyesalan datang belakangan. Dan pada hari itu diperlihatkan neraka Jahannam; dan pada hari itu ingatlah manusia, akan tetapi tidak berguna lagi mengingat itu baginya. Dia mengatakan: ‘Alangkah baiknya kiranya aku dahulu mengerjakan (amal saleh) untuk hidupku ini.” (Al Fajr : 23-24)

TAK BANYAK YANG SADAR, BEGITU BANYAK PELUANG MENGILANG
Kadang, seseorang menganggap biasa mengisi hari-hari dengan santai, televisi, dan berbagai mainan. Bahkan ada yang bisa berjam-jam bersibuk-sibuk dengan video game. Sedikit pun tak muncul rasa kehilangan. Apalagi penyesalan.
Padahal kalau dihitung, amal kita akan terlihat sedikit jika dibanding dengan kesibukan rutin lain. Dengan usia tiga puluh tahun, misalnya. Selama itu, jika tiap hari seorang tidur delapan jam, ternyata ia sudah tidur selama 87.600 jam. Ini sama dengan 3.650 hari, atau selama sepuluh tahun. Dengan kata lain, selama tiga puluh tahun hidup, sepertiganya cuma habis buat tidur.
Jika orang itu menghabiskan empat jam buat nonton televisi, setidaknya, ia sudah menonton televisi selama 43.200 jam. Itu sama dengan 1.800 hari, atau lima tahun. Bayangkan, dari tiga puluh tahun hidup, lima tahun cuma habis buat nonton teve. Belum lagi urusan-urusan lain. Bisa ngobrol, curhat, ngerumpi, jalan-jalan, dan sebagainya.
Lalu, berapa banyak porsi waktunya buat ibadah? Kalau satu salat wajib menghabiskan waktu sepuluh menit, satu hari ia salat selama lima puluh menit. Ditambah zikir dan tilawah selama tiga puluh menit, ia beribadah selama delapan puluh menit per hari. Jika dikurangi sepuluh tahun karena usia kanak-kanak, ia baru beribadah selama 1.600 jam. Atau, 1,8 persen dari waktu tidur. Atau, 3,7 persen dari lama nonton teve.
Betapa banyak peluang yang terbuang. Betapa banyak waktu berlalu tanpa nilai. Maha Benar Allah dalam firman-Nya, Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian. Kecuali, orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan menetapi kesabaran.” (Al Ashr : 1 -3)

TAK SEORANG PUN TAHU, KAPAN WAKTUNYA BERAKHIR
Tiap yang bernyawa pasti mati. Termasuk, manusia. Kalau dirata-rata, usia manusia saat ini tidak lebih dari enam puluhan tahun. Atau, setara dengan dua belas kali pemilu di Indonesia. Waktu yang begitu sedikit.
Saatnya buat orang-orang beriman memaknai waktu. Biarlah orang mengatakan waktu adalah uang. Orang beriman akan bilang, “Waktu adalah pahala!”
Sumber: http://www.dakwatuna.com

Baarakallahulaka Fii Umriki. Semoga diberikan barokah atas sisa umur yang masih diberikan... Semoga yang direncanakan dimudahkan oleh Allah SWT. Semoga selalu mendapatkan berkah rahmat ridhoNya, diberikan kesehatan panjang umur, tambah arif dan bijaksana, kelapangan rizki, ketetapan iman dan selalu tambah semua kebaikan dalam setiap amalan. Dan jadikanlah keluarga kami Keluarga Sakinah, Mawadah, Warohmah dan Amanah... Amin Ya Rabb

Saturday, November 5, 2011

SELAMAT HARI RAYA IDUL ADHA 10 DZULHIJJAH 1432 H

Kami sekeluarga mengucapkan : "Selamat Hari Raya Idul Adha 10 Dzulhijjah 1432 H (06 November 2011). Semoga kita dapat meneladani kualitas pengorbanan Nabi Muhammad SAW dan Nabi Ibrahim AS dan semoga ALLAH SWT memberi kita kekuatan dalam meneladani dua teladan agung ini. Amin..."
 
Eka I. Rochmansyah Sekeluarga

Thursday, November 3, 2011

FADHILAH PUASA ARAFAH

Puasa Arafah adalah Puasa pada tanggal 9 Dzulhijjah (Insya Allah hari Arafah di tahun ini akan jatuh pada tanggal 5 November 2011). Disebut Puasa Arafah karena pada hari itu umat muslim yang sedang berhaji sedang Wukuf di Arafah yang menjadi salah satu Rukun Haji. Pendapat lain mengatakan bahwa Puasa Arafah menjadi pengganti Ibadah Haji bagi orang-orang yang belum mampu melaksanakanya, baik secara materi maupun waktu. Namun begitu puasa ini bersifat sunnah, artinya barang siapa berpuasa mendapatkan pahala dan jikalau ditinggalkan tidak berdosa.


Adapun tentang fadhilah atau keutamaan berpuasa hari Arafah tanggal 9 Dzulhijjah didasarkan pada hadits berikut ini:
صَوْمُ يَوْمِ عَرَفَةَ يُكَفِّرُ سَنَتَيْنِ مَاضِيَةً وَمُسْتَقْبَلَةً وَصَوْمُ عَاشُوْرَاَء يُكَفِّرُ سَنَةً مَاضِيَةً


Puasa hari Arafah menebus dosa setahun yang lalu dan setahun yang akan datang dan Puasa 'Assyura (10 Muharram) menebus dosa setahun yang telah lewat. (HR Ahmad, Muslim dan Abu Daud dari Abi Qotadah).


Para ulama menambahkan adanya kesunnahan Puasa Tarwiyah yang dilaksanakan pada hari Tarwiyah, yakni pada tanggal 8 Dzulhijjah. Ini didasarkan pada satu redaksi hadits lain, bahwa Puasa pada hari Tarwiyah menghapuskan dosa satu tahun, dan puasa pada hari Arafah menghapuskan (dosa) dua tahun. Dikatakan bahwa hadits ini dhoif (tidak kuat riwayatnya) namun para ulama memperbolehkan mengamalkan hadits yang dhoif sekalipun sebatas hadits itu diamalkan dalam kerangka fadla’ilul a’mal (untuk memperoleh keutamaan), dan hadits yang dimaksud tidak berkaitan dengan masalah aqidah dan hukum.


Atas rahmat dan hidayah Allah SWT pada hari Arafah ini, maka sudah sekiranya kita berusaha untuk berpuasa Arafah. Semoga amal kitaa diterima disisi-Nya dan mendapatkan hikmah puasa Arafah yaitu menggantikan ibadah haji dan diampuni dosanya setahun yang lalu dan setahun yang akan datang.
 
Wallahu A’lam Bisshowab.




Eka I. Rochmansyah